Senin, 21 Desember 2009

IP PSMTI Mengucapkan

Selamat Hari Natal
&
Tahun Baru 2010

Jumat, 23 Oktober 2009

BAKTI KESEHATAN "Melengkapi Hidup dengan Melayani Sesama"


Date:
Sunday, November 1, 2009
Time:
9:00am - 2:00pm
Location:
Klinik Hygia,Legok,Tangerang


Ini adalah kegiatan bakti kesehatan & pengobatan gratis untuk masyarakat desa babat,Legok,Tangerang.
Jika teman-teman ingin turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.Kami menyediakan Bus di depan kampus Universitas TARUMANAGARA Jl.S.Parman No.1 (Sebelah Trisakti)Jakarta Barat.

Diharapkan partisipasi teman teman baik ikut turut serta dalam acara ini ataupun sumbangan dana untuk pembelian obat-obatan untuk keperluan medis.

Terima Kasih

IP-PSMTI DKI Jakarta

Panitia Pelaksana
Ardy Susanto,SH

Untuk Keterangan Lebih Lanjut Silakan Menghubungi
Server IP-PSMTI DKI Jakarta
085711177577/08568880102
RAKERNAS IP-PSMTI
Hari/Tanggal :Jumat-Minggu,23-25 Oktober 2009
Tempat : Aula Universitas Internasional Batam,Kota Batam

Selasa, 13 Oktober 2009

POSKO GEMPA PADANG

Posko Gempa Padang IP-PSMTI dipusatkan di Medan dgn koordinator Hally (Ketua Umum IP-PSMTI Wil.Sumut, 06177502656 / 081533774999).
Sumbangan berupa barang harap langsung menghubungi Saudara Hally, sumbangan berupa dana dapat disalurkan melalui BCA 6430020500 (KCP Puri Deltamas Jakarta) a/n Paguyuban Marga Tionghoa Indonesia.
Kami menghimbau dan memohon teman-teman IP Fb Groups untuk dapat berpartisipasi menyalurkan bantuan kemanusiaannya. Terima kasih banyak sebelumnya kami haturkan atas partisipasi teman-teman.

Salam,
Andrew Susanto
Ketua Umum Pengurus Pusat IP-PSMTI.

Senin, 21 September 2009

Edwin Jadi Ketua IP PSMTI Lingga

Sabtu, 18 Juli 2009


LINGGA (BP) - Edwin Tailes terpilih menjadi Ketua Ikatan Pemuda-Persatuan Sosial Marga Tionghoa (IP-PSMTI) kabupaten Lingga periode 2009-2012. Sedangkan Denis Tay terpilih menjadi Sekjen IP-PSMTI. Dalam Musda I IP-PSMTI kabupaten Lingga beberapa lalu di Dabo Singkep juga dihadiri Ketua PSMTI Kabupaten Lingga, Ferdianto alias Ayun dan sejumlah anggota PSMTI. Pada musda tersebut juga dihadiri pemuda-pemudi dan tokoh masyarakat daerah ini. Dengan terbentuknya IP-PSMTI ini, maka bertambah pulalah jumlah organisasi kepemudaan yang ada di kabupaten Lingga.


Adapun keenam pemuda etnis Tionghoa yang bertarung memperebutkan kursi Ketua IP-PSMTI kabupaten Lingga masa bakhti 3 tahun kedepan yaitu, Jolly, Edwin Novento, Andiho Susanto, Edwin Tailes, Hardiono, S.Kom, Dennis Tay. Namun akhirnya keputusan Musda I IP-PSMTI memilih Edwin Tailes sebagai Ketua dan Dennis Tay sebagai Sekjend yang akan dilantik akhir bulan Juli ini bersama susunan pengurusnya.


Edwin Tailes, sebagai Ketua terpilih IP-PSMTI kabupaten Lingga menyatakan kesiapannya dirinya tugas yang mulia di organisasi kepemudaan IP-PSMTI kabupaten Lingga. “Saya bertekad akan mengharumkan nama IP-PSMTI kabupaten Lingga yang baru terbentuk ini,” kata Edwin Tailes yang juga keponakan Wakil Bupati Lingga, Saptono Mustakim


http://batampos.co.id/KEpri/KEpri/Edwin_Jadi_Ketua_IP_PSMTI_Lingga.html

IP PSMTI Bangun Jiwa Kepemimpinan Generasi Muda

MEDAN | DNA -- Salah satu yang mendasari generasi muda etnis Tionghoa untuk bergabung dengan Ikatan Pemuda (IP) Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumut adalah semangat nasionalisme. Organisasi pemuda yang masih di bawah payung ormas PSMTI ini sudah memasuki usia dua tahun.

Meski tergolong masih seumur jagung mereka terus bergeliat berkiprah di tengah-tengah masyarakat terutama menggalang generasi muda etnis Tionghoa sebagai cikal bakal harapan bangsa dan negara di masa depan. Demikian dikatakan Ketua IP-PSMTI Sumut Hally Luis didampingi Nilawati, Jumat (28/8).

Dikatakannya, untuk menumbuhkan generasi muda IP PSMTI rutin menggelar kegiatan mingguan diantaranya seperti gerak jalan santai bersama yang diiringi dengan beraneka games yang dimaksudkan untuk membangun jiwa kepemimpinan (leadership). Melakukan kerja sama dengan masyarakat yaitu antara fungsionaris organisasi dengan masyarakat terutama kepada generasi mudanya.

"IP-PSMTI secara kontiniu melakukan upaya dan kegiatan yang dapat mengundang perhatian dan minat generasi muda. Diantaranya melakukan gathering seperti misalnya nonton amal, olah raga umum yang digelar secara bersama seperti renang, aktifitas sosial lainnya," ujar Hally Luis.

Lebih lanjut dikatakannya, selain menerapkan program persatuan dan kesatuan terhadap bangsa dan NKRI, IP-PSMTI juga melakukan program peningkatan pengetahuan keagamaan. Karena pengetahuan tentang agama sangat menentukan karakter generasi muda dalam memimpin bangsa dan negara ini dimasa depan. Karena itulah sejak dini IP-PSMTI mewanti-wanti dengan mencanangkan program persatuan dan keagamaan. Semangat persatuan dan kesatuan sudah dicerminkan oleh pemimpin bangsa kita melalui Bhinneka Tunggal Ika, jelasnya.


http://www.youth.dnaberita.com/28%20AGST---GENERASI.php

Senin, 10 Agustus 2009



Undangan

Dalam rangka memperingati HUT KEMERDEKAAN RI Ke-64,dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara-i untuk hadir pada upacara Proklamasi yang akan diadakan pada :

Hari : Senin/ 17 Agustus 2009 Pukul : 09.00 - Selesai Tempat : Taman Budaya Tionghoa Indonesia, TMII, Jakarta Timur


Hormat Kami

PSMTI & IP-PSMTI


CP :085711177577 (IP-PSMTI DKI Jakarta)

Senin, 27 Juli 2009

SELAMAT ULANG TAHUN IP-PSMTI Ke-2

Jakarta, 27 Juli 2009.

Saudara-saudarku pengurus, anggota, dan simpatisan IP-PSMTI di seluruh Indonesia yang terkasih, salam sejahtera untuk sekalian kita.
Puji dan syukur sudah sepatutnya kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sungguh berbahagia pada hari ini, 27 Juli 2009, kita merayakan ulang tahun Ikatan Pemuda kita yang ke-2. Ikatan Pemuda PSMTI didirikan pada tanggal 27 Juli 2007 sebagai wadah berhimpun pemuda dan pemudi Tionghoa Indonesia untuk bersama-sama mengembangkan diri agar berguna bagi nusa dan bangsa sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Di usia yang masih sangat belia ini sungguh membahagiakan bahwa Ikatan Pemuda kita telah memiliki 16 cabang di Indonesia. Keenam belas cabang tersebut adalah hasil dari kerja keras kita bersama selama setahun terakhir. Keenam belas cabang tersebut adalah bukti nyata bahwa besar minat generasi muda Tionghoa Indonesia untuk berorganisasi dan lebih daripada itu turut berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan sumber daya manusia Indonesia.
Menyambut masuknya tahun ke-3 perjalanan kita bersama ini, dengan kembali mengucap syukur kehadiratNya, kita patut bergembira karena kita akan segera dapat melaksanakan Rapat Kerja Nasional IP-PSMTI yang pertama yang rencananya akan diadakan di Kota Batam. IP-PSMTI pun secara nasional bersama-sama dengan segenap elemen pemuda Indonesia dan masyarakat semakin aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan.
Di hari yang berbahagia ini, saya selaku ketua umum Pengurus Pusat IP-PSMTI mengajak rekan-rekan sekalian untuk tetap semangat dan setia pada panggilan kita membangun bangsa dan negara melalui organisasi kita yang tercinta. Jalan yang akan kita lalui bersama mungkin tidak mudah dan penuh dengan tantangan, tetapi percayalah selama kita selalu berjalan bersama, selama kita tetap semangat, dan selama kita tetap berbuat hal-hal yang baik dan berguna bagi sesama, Tuhan Yang Maha Esa pasti akan menyertai kita dalam perjalanan kita mencapai tujuan organisasi. Janganlah malu untuk aktif berorganisasi di dalam organisasi yang memakai kata "Tionghoa" sebagai nama organisasinya, karena bercerminlah, lihatlah diri kita, kita memang orang Tionghoa dan memang darah Tionghoa mengalir di dalam badan kita. Namun saudara-saudaraku yang terkasih, lebih daripada itu, kita bukan hanya sekedar Tionghoa namun kita adalah Tionghoa Indonesia! Kita tidak bisa memilih bagaimana dan sebagai apa kita akan dilahirkan, namun kita dapat memilih bagaimana kita akan menjalani dan memaknai hidup kita. Kita lahir dan kita hidup di tanah Nusantara, tanah Indonesia. Kita adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari unsur yang membentuk bangsa ini. Itulah yang menanamkan tanggung jawab dan kewajiban kita untuk bersama-sama dengan seluruh elemen bangsa lainnya membangun negri yang tercinta ini. Dan nanti bila saatnya tiba, di negri inilah kita akan kembali menutup mata dan beristirahat untuk selama-lamanya. Namun sekali lagi, selama jantung masih berdetak dan darah masih mengalir, kita generasi muda Tionghoa Indonesia, sebagai salah satu unsur penerus bangsa, akan terus berperan aktif masuk dalam arus besar bangsa Indonesia.
Dirgahayu ulang tahun IP-PSMTI ke-2, semoga seluruh upaya dan karya kita berdaya guna bagi masyarakat dan menghasilkan hasil-hasil yang positif untuk pembangunan bangsa dan negara menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera.
Akhir kalam, saya hanya akan mengutip kata-kata dari Laksamana (Purn.) John Lie,"Darah saya Tionghoa, bangsa saya Indonesia!"


Salam,
Andrew A. Susanto
Ketua Umum Pengurus Pusat IP-PSMTI

Sabtu, 25 Juli 2009

Ketekunan Sang Ibu Menulis Kejanggalan

Sejak peristiwa pembunuhan David Hartanto Widjaja, 2 Maret 2009 di kampusnya di Electrical Electronic Engineering (EEE), Nanyang Technological University (NTU), Singapura, tidak berasa waktu berlalu. Persidangan koroner pada 29 Juli 2009 akan sampai di ujung keputusannya. Di tengah saksi, data, bahan dan dokumen yang seakan dipaksakan David bunuh diri, keluarga masih berharap, keputusan pengadilan nanti; melanjutkan kasus ini ke pengadilan kriminal. Mungkinkah? Berikut saya lampirkan eksklusif catatan kejanggalan di bagian bawah naskah ini, ditulis Tjhai Lie Kiun, ibu David, 3.687 kata.

JULI menjadi bulan istimewa buat saya. Tepat 16 Juli 2009 tahun ini usia bertambah lagi. Waktu lalu 45 tahun. Dan di pagi hari, saya sudah meninggalkan rumah menuju Medan. Sumatera Utara.

Adalah Forum Sahabat dan Sahabat Center, Sumatera Utara, mengundang ke Medan. Melalui Aulia Andri, ketua Sahabat Center dan Brilian Moktar - - sosok yang terpilih menjadi anggota DPRD Sumut tahun ini - - Ketua Forum Sahabat, berinisiatif mendatangkan saya. Mereka memprakarsai beberapa kegiatan mendukung gerakan menggalang publik Medan, bersuara agar pemerintah Singapura menjalankan proses persidangan berlaku adil terhadap kasus David.

Siang menjelang.

Saya sudah duduk di Ho Teh Thiam (HTT), sebuah kedai teh dan makanan bersuasana oriental. HTT banyak dikunjungi penikmat teh ala Cina: tempat minum puer (baca: pu-e). Di tengah ruangan, di tempat kami duduk berkelompok meja kayu segi empat dengan bangku persegi panjang. Di langit-langit beberapa lampion merah menggantung.

Menatap ke lantai dua, mengantar ingatan ke seting sejenis laksana atmosfir di film-film silat Mandarin. Saya membayangkan para jagoan, menenggak minuman, lalu baku hantam sehingga bangku dan meja luluh lantak.

Namun siang itu, kami tentu tak saling pukul. Yang ada adalah begitu Brilian Moktar, menyeduhkan teh puer yang hitam, berusia tua, dalam hitungan tak lebih 30 detik, lalu membagi rata ke cawan kecil teh, maka telunjuk menekan meja berulang-ulang.

“Simbol menyatakan terima kasih, kepada kawan yang menyeduhkan,” ujar Brilian.

Jadilah kesempatan itu sebagai momen kekeraban, bersulang dengan hati senang.

Malam harinya, kami siaran di Radio MixFM, yang dipancarkan nasional via web oleh Bestfm Medan. Acara yang semula hanya dirancang 1,5 jam itu, berlanjut hampir dua jam. Pertanyaan yang datang ke Mix bertubi. Sehingga malam itu rasa optimis akan aksi Damai di Bundaran Majestik oleh berabagai elemen masyarakat Medan, akan berjalan meriah.

Bum!

Pagi mejelang pukul 8 di Jumat, 17 Juli 2009 itu bom menguncang Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Kami semua menjadi lemas, bisa dipastikan liputan kegiatan Medan untuk David akan tenggelam karena adanya bom. Namun kegiatan tetap berjalan, bahkan aksi melepaskan merpati di tengah kota pun jadi.

Melihat semangat kawan-kawan Medan berantusias terhadap kasus ini, saya lalu menemukan sebuah kalimat: Saya merasa Indonesia setelah Medan ada.

“Kami sepakat bahwa David dibunuh, dan kematiannya harus menjadi perhatian kita semua, terlebih pemerintah,” tutur Brilian.

Benar saja keesokan hari tak ada liputan kegiatan Medan di media di Jakarta. Hal ini sudah untuk kesekian kali, kasus David ini seakan tergilas oleh beragam berita; Pemilu Caleg, Pilpres, Manohara, Antasari Azhar dan kini urusan berita Bom. Padahal kematian David sesungguhnya dalah bom kemanusiaan, mengingat setelah menjadi jasad pun ia difitnah menusuk profesor, melukai nadi sendiri, lalu lompat bunuh diri.

Karenanya atas inisiatif publik, 22 Juli 2009 digelar lagi jumpa pers di Rajas Cafe, Senayan City.

“Dari hasil kami memasukkan sub mission pada 15 Juli lalu di Singapura, sebagai bahan pertimbangan hakim membuat keputusan, kami mendapatkan konfirmasi bahwa kematian David memang sebuah konpirasi”

Begitu Hartono Widjaja, ayah David menjelaskan kepada wartawan di Jakarta.

OMONGAN kematian David dibunuh karena konspirasi mengingatkan saya kepada tulisan Sketsa tentang David di awal kasus. Saya memperhatikan Tjhai Lie Kiun, ibunya David menghidangkan sebuah piring kecil di ruang tamunya. Di atas piring ia tempatkan sebuah apel dikupas dibelah empat.

“Silakan dimakan, kami tak ada apa-apa.”

“Sejak kepergian David saya tak ke dapur, tidak pegang pisau.”

“David sejak kecil juga tidak pernah pegang pisau”

“Juga tak pernah ngupas buah. Dia di Singapur minum jus.”

Begitu Tjhai berutur ketika saya pertama kerumahnya minggu kedua Maret 2009 lalu.

Kala itu, Thjai melihatkan jadwal dan mata kuliah David di smester akhir. Saya meminta izin untuk memfoto-kopi. Namun dengan cekatan Tjhai mengatakan, “Sini saya tuliskan sebentar.”

Benar saja tak sampai sepuluh menit Thjai datang dengan catatan rapi tentang jadwal anaknya itu.

Ketekunan menulis itu rupanya berlanjut ketika seluruh persidangan koroner berakhir.

“Sekarang setiap hari hingga larut malam ibunya David menulis catatan keterangan saksi, mengkritisi titik-titik kejanggalan dan kebohongan para saksi,” tutur Hartono, sang suami.

Harus saya akui sebagai seorang reporter yang hadir di ruangan persidangan, catatan saya tidak selengkap catatan Tjhai.

Untuk lengkapnya, catantan tentang saksi-saksi yang berlepotan di ruang persidangan, 3.600 kata lebih itu sebagaimana di bawah ini:

Begini paparan Tjhai:

Berikut ini adalah daftar kebohongan-kebohongan dan kejanggalan-kejanggalan dari kesaksian para saksi yang ditemukan oleh pihak keluarga :

Chan Kap Luk (CKL)

Menurut CKL, David menusuk punggungnya lalu berusaha menusuk lagi, CKL menghindar dan terjatuh ke lantai. Ketika David berusaha menyerang lagi, CKL berhasil memegang dan merebut bagian pisaunya dengan tangan kanannya dan mematahkan pisau dari gagangnya yang dipegang David. Masuk akalkah perkataannya itu? Mungkin CKL mempunya tenaga yang besar karena dia mantan anggota pertahanan militer tetapi David yang berbadan kurus tidak mungkin mempunyai tenaga sebesar CKL untuk menahan gagang pisau yang bisa mengakibatkan pisau bisa patah dari gagangnya. Kata CKL setelah itu pisau terus berada ditangannya sampai dia keluar dari kamarnya. Lalu bagaimana dengan luka-luka di seluruh tubuh David? Darimana dan siapa yang melakukannya kalau bukan CKL? Terbukti dari ceritanya, CKL telah berbohong. Dengan keadaan David yang banyak luka sayatan dan tusukan-tusukan di sekujur tubuhnya, bagaimana mungkin David masih bisa berjalan keluar kamar dan mengejar CKL yang memegang pisau. Apalagi kaki kiri David dari pangkal paha sudah dipelintir hingga patah dan cacat. Bagaimana mungkin David masih bisa berjalan bahkan menaiki tembok dan turun ke jembatan kaca dengan tangan kanan yang sudah cacat juga karena urat tendonnya sudah putus? Berarti CKL dan saksi-saksi lain dari pihak NTU dan Singapore bersaksi palsu ketika semuanya mengatakan David menaiki pagar tembok dan turun ke jembatan kaca. Pada tanggal 2 Maret 2009 malam, presiden NTU dan lain-lain memberitahukan kepada kami keluarga, hanya ada 1 (satu) saksi yang melihat kejadian yaitu seorang wanita Iran. Tapi mengapa sekarang ada begitu banyak saksi yang katanya melihat kejadian? Tidak mungkin NTU tidak tahu kalau ada banyak saksi pada hari itu, pasti orang-orang tersebut disuruh bersaksi palsu untuk menyalahkan David karena kami tidak menerima kematian David yang mengenaskan itu dan kami menempuh jalur hukum untuk mengusut kasus ini.

Cheah Chien Chern (CCC)

Mengapa CCC hanya bersaksi melihat CKL badan dan tangannya berdarah tetapi dia sama sekali tidak mengatakan keadaan David yang jauh lebih banyak darahnya dan terluka parah? Berarti dia berbohong karena mungkin dia sama sekali tidak melihat David. Ceritanya hanya disesuaikan dengan skenario yang sudah diatur oleh NTU.

Pattarin Kusopalin

Kesaksiannya juga tidak menceritakan keadaan David yang jauh lebih parah dari CKL. Yang ditekankan hanya CKL yang berdarah, sesuai dengan skenario mereka.

Hong Guo Zhen (HGZ)

Bagaimana HGZ bisa mengatakan CKL yang tangannya memegang pisau masih bisa ketakutan melihat David yang bertangan kosong di depan kamar CKL? Dia juga hanya bisa melihat CKL yang punggungnya berdarah tetapi dia katakan tidak melihat keadaan David dan tidak tahu sama sekali tentang luka-luka David. Malah dalam kesaksian palsunya dia katakan masih sempat mengambil foto CKL yang bingung dan kesakitan dengan pisau masih di tangan CKL. Mengapa dia tidak mengambil foto David? Ini membuktikan kesaksiannya juga sudah diatur sesuai skenario.

Lobna Kamyab

Bagaimana Lobna bisa mengatakan David mendadak keluar entah dari mana dan memanjat tembok dan turun ke jembatan? Tidak tahukan dia bahwa kaki kiri dan tangan kanan David sudah cacat dan tidak mungkin melakukan hal itu. Menurut Lobna dia berbicara dengan David selama 10 menit. Bagaimana mungkin David masih bisa berbicara selama 10 menit dengan bibir atas yang sudah hancur ditebas pisau dan leher yang sudah disayat pisau sampai mengeluarkan darah hingga ke dada? Aneh kalau Lobna juga hanya mengatakan tangan David yang berdarah dan tidak mengatakan luka-luka di bagian tubuh lainnya? Kalau benar David berada di atas jembatan kaca itu selama 10 menit, mengapa tidak ada bantuan dan persiapan pertolongan sama sekali di bawah taman? Kesaksian yang dibuat-buat untuk membela NTU.

Tao Sui

Tao Sui di dalam kesaksiannya mengatakan melihat David berdiri di atas jembatan kaca selama beberapa menit sebelum duduk di atas jembatan. Tetapi mengapa tidak ada jejak-jejak kaki di atas jembatan kaca? Bukankah kaki David berdarah dan tidak memakai sandal? Kesaksiannya juga menunjukkan kebohongannya.

Ronald Tan Wei Kang

Dia juga sama bohongnya. Mengapa dia bisa melihat tubuh David banyak darah tapi tidak bisa melihat luka-luka tusukan di tubuh David? Bukankah luka-luka tusukannya sampai berlubang?

Lin Zhen Xing (LZX)

Banyak saksi-saksi lain mengatakan David duduk di jembatan bagian atasnya. Tetapi LZX mengatakan melihat dan merekam David duduk di bagian bawah jembatan. Mengapa kesaksiannya berbeda-beda? Kesamaannya hanya semua tidak melihat ada luka-luka di tubuh David. Mengapa di dalam rekaman videonya hanya terlihat buram, goyang dan dari jauh belakang seseorang yang hanya duduk-duduk dari jembatan bagian bawah saja? Wajahnya tidak kelihatan sama sekali dan tidak ada adegan lompat bunuh diri sama sekali. Aneh bukan hanya karena alasan HPnya mau digunakan untuk menelepon campus security? Bukankah bisa memakai HP Liu Yan yang kata LZX berada di sampingnya. Apalagi di dalam video tersebut keadaan di sekitar jembatan tersebut kosong melompong. Bukankah LZX mengatakan pada waktu itu dia melihat Lobna sedang berbicara dengan orang tersebut? Konspirasi yang terlihat kebohongannya.

Liu Yan

Dia katakan melihat David duduk di jembatan kaca bagian atas dari jarak 30 meter. Tetapi LZX yang berdiri di sampingnya mengatakan melihat David duduk di jembatan kaca bagain bawah dari jarak 10 meter. Aneh dan kelihatan dustanya.

Tung Wang Why (TWW)

TWW juga berbohong karena mengatakan David duduk di jembatan kaca bagian atas, padahal tidak ada jejak-jejak darah yang berbentuk kaki atau bekas duduk di sana.

Seet Lye Ping (SLP)

Kebohongannya sama dengan TWW walaupun dia katakan tidak melihat David melompat.

Tan Kian Hua

Kebohongannya sama dengan TWW dan SLP

Dalduri Bin Abdulllah

Kesaksiannya sama bohongnya dengan saksi-saksi lainnya dengan mengatakan tidak ingat apakah tubuh David berdarah. Padahal dia melihat tubuh David dari jarak yang dekat. Apakah matanya buta tidak bisa melihat David yang mandi darah?

Dr. Ng Tien Khee

Dia katakan meilhat Lobna berbicara dengan David dan hanya mengatakan luka David Cuma di salah satu lengan bagian bawahnya. Kesaksiannya juga disesuaikan menurut skenario yang sudah diatur.

Julianna Bte Amir

Dia katakan tidak ada tanda-tanda khusus di masing-masing pisau yang terdapat di pantry NTU, tapi anehnya kenapa dia bisa yakin pisau yang ditunjukkan polisi kepadanya adalah dari pantry Hall 4 dimana David tinggal? Mula-mula mengatakan tidak tahu jumlah pisau di pantru karena banyak sekali, tetapi akhirnya mengaku ada 8 buah. Kalau di satu pantry saja terdapat 8 pisau, berarti berapa jumlah pisau yang ada di seluruh pantry di NTU? Apakah NTU adalah gudang penyimpanan pisau? Anehnya lagi ketika pada tanggal 2 Maret 2009 sekitar jam 2 polisi datang menemuinya, semua pisau sudah tidak ada di lemari pantry Hall 4. Bukankah itu sudah membuktikan Julianna bersaksi palsu? Demikian pula perkataan yang diucapkan oleh Su Guan Ning, presiden NTU yang mengatakan kepada kami bahwa pisau itu benar dari Hall 4. Ada lagi, pada tanggal 27 Mei 2009 keluarga pergi menyelidiki ke NTU, di sana kami bertemu dengan seorang mahasiswa teman David yang tinggal di Hall 16, dia katakan di pantry Hall 16 juga tidak pernah ada pisau, lalu dia mengajak kami ke Hall 4, di sana kami bertanya kepada seorang mahasiswa di Hall 4 (Marvin H) dia juga katakan di pantry Hall 4 tidak pernah ada satu pun pisau dari dulu. Pengakuannya itu juga diliput oleh TV One. Ada juga alumni NTU yang mengatakan biasanya professor NTU menyimpan pisau dari kamarnya untuk mereka memotong buah. Disini terbukti bahwa NTU sudah dari awal menyusun skenario untuk membohongi semua orang supaya Davidlah yang dianggap bersalah, bukan CKL dari NTU.

Dr. Christopher Kc Syn

Dia bersaksi bahwa darah di bangku adalah darah David. Jadi mengapa CKL mengatakan dia ditusuk dari belakang oleh David ketika sedang duduk? Bukankah berarti seharusnya darah di bangku adalah darah CKL?

Lim Chin Chin

Walaupun dia mengatakan di kamar CKL darah yang paling banyak ditemukan adalah darah David, tapi dia tidak mengatakan darah-darah itu disebabkan karena David luka parah. Malah dia mengatakan darah di telapak kaki David adalah akibat dari darah yang keluar dari tangan dan terinjak oleh David, dia juga mengatakan tidak ada luka sama sekali di kaki David. Bagaimana dia berani bersaksi demikian karena kenyataannya di kaki kanan David banyak terdapat sayatan-sayatan pisau dan tusukan yang dalam di samping dalam pergelangan kaki kanan? Kaki kiri juga terdapat sayatan-sayatan pisau dan memar-memar. Darah yang menetes dari tanganpun tidak mungkin terinjak oleh kaki kalau berjalan, karena darah menetes jatuhnya ke samping kaki. Dia juga mengatakan darah di bokong David akibat karena David duduk di genangan darah. Mungkinkah menduduki darah akan menyerap kain celana yang tebal sampai ke paha? Yang tidak masuk akal lagi, katanya di handle pisau itu hanya sidik jari David yang ditemukan. Jadi dengan apa dan siapa yang melukai David sampai sekujur tubuhnya penuh luka sayatan dan tusukan-tusukan? Bukankah pisau sudah direbut CKL ketika David mau menusuk lagi kata CKL dalam kesaksiannya?

SSgt Lee Tien Piew

Gambar Sketch Plan of NTU Block S1 yang dia buat ada kebohongan dan disengaja untuk menutupi kenyataan. Mengapa dia tidak menulis ruang apa di sebelah seberang kamar CKL? Padahal ruang tersebut adalah pantry. Padahal semua ruangan-ruangan lain dia tulis ruang apa, bukankah ini sebuah kesengajaan?

Dr. Ho Yew Meng, Samuel

Pada tanggal 13-04-2009 dia membuat laporan kesehatan CKL dimana dia mengatakan luka di tangan kanan CKL diakibatkan ketika si pasien berusaha memindahkan pisau dari belakang punggungnya (berarti berbeda dengan kesaksian CKL) dan sudah sembuh pada tanggal 10-03-2009. Tetapi mengapa pada tanggal 10-05-2009 dia membuat klarifikasi laporan kesehatan CKL dimana dia menulis luka di tangan CKL disebabkan oleh objek tajam seperti sebuah pisau? Mengapa dengan mudahnya seorang dokter bisa merubah medical report hanya untuk membela seorang CKL?

Ssgt Joe Ng Suan Tek

Mengapa dia mengatakan laptop David berisi sebuah tulisan “Kata-kata terakhir” dimana dituliskan David tidak bahgia dengan kehidupannya yang tidak berarti dan dia sering melihat orang tuanya bertengkar karena ekonomi yang tidak baik? Juga dia sering menangis karena keluarga, teman dan guru-gurunya. Kakaknya juga kadang-kadang baik dan kadang-kadang tidak. Ibunya mengontrol seluruh keluarganya. Dikatakan juga David bahkan tidak akan mengeluarkan air mata jika ayah dan ibunya meninggal. Di dalam laptop David juga dikatakan David pernah membuka webpage tentang bunuh diri dan pembunuhan beberapa kali. Sungguh kejam dia menggunakan taktik ini untuk merusak nama David dan keluarga. Tidak mungkin David menulis surat itu karena boleh dibilang David tidak pernah menangis karena keluarga, teman dan guru-gurunya. Dia adalah anak yang sangat baik, suka menolong teman dan tidak pernah berkelahi dengan temannya. Mana mungkin orang-orang di sekitarnya bisa membuatnya menangis. Ekonomi kami juga cukup baik walaupun bukan kaya raya, terbukti dari SD kelas 1 sampai tampat SMA, David bersekolah di sekolah favorit yang cukup mahal biayanya. David juga sangat dekat dengan keluarga terutama ibunya. Bahkan David kadang-kadang tidur dengan ayah dan ibunya kalau pulang ke Jakarta di hari liburan. David juga dekat dengan kakaknya dan tidak pernah bertengkar. Joe juga mengatakan tulisan itu diketik pada tanggal 25-01-2009. Itu adalah hal yang mustahil dan sebuah FITNAH! Pada tanggal tersebut David sedang berada di Jakarta dan pada hari itu kami sekeluarga sedang keluar rumah untuk jalan-jalan dan acara makan keluarga karena tanggal 26-01-2009 adalah tahun baru Imlek. Laptop ada di dalam rumah kami dan tidak ada seorangpun di rumah. Juga untuk apa David membuka webpage tentang bunuh diri dan pembunuhan? Seseorang jika ingin bunuh diri tidak perlu mempelajari caranya terlebih dahulu, anak kecil saja bisa tahu cara untuk bunuh diri, apalagi orang sepintar David. Kalau David ingin membunuh CKL, mengapa akhirnya David yang terbunuh dengan luka-luka yang begitu banyak? Mengapa David datang ke kamar CKL dengan berpakaian santai, membawa tas sekolah yang berat dan memakai sandal? Seperti itukah cara seseorang yang ingin melakukan pembunuhan? Buktinya pisau itu bukan dari pantry Hall 4 seperti yang dikatakan oleh NTU. Pasti pisau itu adalah milik CKL dan digunakan untuk membunuh David dengan kejam.

Stn Insp Soh Chee Eng (SCE)

Dia mengaku tidak pernah mengatakan kepada keluarga David pada tanggal 03-03-2009 pagi jam 10.00 bahwa tidak ada pengirisan urat pada urat nadi David karena bunuh diri di General Hospital. Kami rasa dia bukan bermaksud jujur pada kami karena pada waktu pertemuan tersebut keluarga belum member keputusan untuk membawa pulang jenazah David atau mengkremasinya disana. Pasti dia takut kebohongannya akan terbongkar jika keluarga memutuskan untuk membawa pulang jenazah David ke Jakarta. Di pertemuan tersebut SCE juga membela CKL ketika keluarga mengatakan padanya kemungkinan CKL lah yang menyerang dan melukai David dengan menjawab tidak mungkin seorang yang berusia 45 tahun bisa mengalahkan seorang pemuda berusia 21 tahun. Bagaimana seorang polisi senior bisa berpikir seperti itu? CKL adalah mantan wakil ketua DSTA (Defence Sciene and Technology Agency) sedangkan David berbadan kurus dan tidak pernah bekelahi dengan siapapun. Keluarga juga bertanya kepada SCE mengapa leher David ditempel dengan plester sebanyak 3 lapis. Dia menjawab luka itu akibat jatuh. Bagaimana mungkin seorang yang jatuh bisa melukai lehernya sedangkan dagunya sama sekali tidak terluka? Di pengadilan SCE menjawab “I didn’t remember” (Saya lupa) ketika ditanya apakah benar dia sama sekali tidak bercerita satu katapun tentang luka-luka di tubuh David kepada keluarga pada tanggal 3 Maret 2009 tersebut. Dia juga menjawab “I forget” (Saya lupa) ketika ditanya apakah benar dia mengatakan kepada keluarga David bahwa luka di leher David akibat jatuh. Kelihatan jelas dari awal polisi SCE dan NTU sudah mengatur untuk menuduh Davidlah yang bersalah.
SCE juga mengatakan flash disk David baru ditemukan pada tanggal 18 Maret 2009. Masuk akalkah itu? Bukankah kamar CKL sudah diperiksa dari barang bukti sampai darah-darah yang berceceran pun? Mana mungkin hanya di dalam sebuah kamar polisi-polisi dan dokter-dokter yang menyelidiki kamar itu baru menemukan sebuah flash disk 16 hari sesudah kejadian? Ada maksud apa di balik pernyataannya ini? Bahkan SCE berkata setelah diselidiki ternyata flash disk David hanya berisi film “Prison Break” yang sudah di delete. Mana mungkin flash disk David sama sekali tidak ada FYP nya? Bukankah David pergi ke kamar CKL dengan membawa flash disk untuk membahas FYP nya? Benar-benar sebuah skenario untuk menutupi kejahatan CKL dan NTU.

Setelah mengikuti sidang coroner ini selama 10 hari, keluarga merasa banyak rekayasa dan kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh saksi-saksi dari NTU dan kepolisian. Keluarga juga diperlakukan tidak adil oleh pengadilan Singapore. Karena selama persidangan berlangsung, keluarga tidak diizinkan melihat bahkan memegang foto-foto bukti di pengadilan. Hanya hakim, polisi, saksi, pengacara saja yang boleh melihat. Keluarga hanya boleh duduk di bangku “Next-of-kin” saja tanpa dapat membela diri sama sekali dan mendengar kesaksian palsu mereka.

Untung Tuhan masih berbaik hati kepada keluarga karena walaupun tidak diizinkan untuk melihat jenazah David dari leher sampai ke bawah kaki akhirnya keluarga mendapatkan sejumlah foto-foto bukti yang menunjukkan David dibunuh dengan cara sadis dan mengenaskan. Dari foto-foto tersebut terbukti bahwa :

- David tidak mungkin pernah atau dapat menaiki tembok dan turun ke jembatan kaca karena :

1. Di jembatan kaca tersebut tidak ada jejak-jejak kaki David yang berdarah

2. Tangan kanan David sudah ditusuk sebanyak 3 lubang hingga dagingnya sudah terkoyak yang mengakibatkan tangan kanan David cacat dan belum lagi luka-luka sayatan lainnya yang mengeluarkan banyak darah. Tangan kiri David juga terluka hingga berdarah

3. Kaki kiri dari pangkal paha / selangkangan David sudah dipelintir secara spiral hingga patah dan cacat

- David tidak mungkin masih bisa berbicara dengan Lobna apalagi sampai 10 menit dengan keadaan leher yang sudah disayat sehingga mengeluarkan banyak darah. Bibir atas David juga ditebas pisau hingga robek terbelah dan berdarah. Mungkinkah seseorang yang mengalami luka seperti ini masih bisa bercakap-cakap dengan seseorang?

- Posisi akhir tubuh David tidak akan seperti itu jika melompat untuk bunuh diri karena kedua tangan tertekuk dan posisinya tepat di bawah jembatan

- Wajah kiri David tidak mengenai tanah rumput tetapi mengapa wajah kirinya penuh luka-luka memar dan sayatan pisau hingga berdarah. Ini menunjukkan luka-luka ini sudah dialami David di kamar Chan Kap Luk

- Soh Chee Eng terbukti berbohong dengan mengatakan luka di leher David adalah akibat jatuh. Terlihat jelas dalam foto ada sayatan pisau di leher David hingga darah mengalir sampai ke dada

- Saksi-saksi ahli dari kedokteran pun semua memberikan pernyataan yang membela Chan Kap Luk. Mereka sama sekali tidak pernah mengatakan luka-luka yang dialami David seperti yang terlihat di foto-foto. Mereka berusaha menutupinya sebisa mungkin dan kalau sampai terdesak mereka katakan luka itu kemungkinan karena jatuh. Sedangkan luka CKL yang hanya demikian kecil dibuat besar dan seakan-akan CKL lah korbannya. Masih beranikah mereka mengeluarkan pernyataan-pernyataan tersebut jika foto-foto bukti diperlihatkan di depan mereka?

- Bagaimana kepolisian Singapore pun masih bisa berpikiran bahwa David yang menikam CKL dan melompat bunuh diri setelah melihat semua kejadian? David mengalami luka tusukan-tusukan, sayatan-sayatan pisau, kekerasan benda tumpul dan penyiksaan dipelintir kaki kiri dari selangkangan oleh Chan Kap Luk hingga tewas secara mengenaskan. Mengapa polisi masih membela Chan Kap Luk dan NTU?

- Mengapa pengadilan Singapore masih belum bisa mengetahui bahwa semua saksi-saksi dari pihak NTU dan polisi adalah bohong dan tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang terlihat di dalam foto-foto bukti kejadian?

- Menurut analisa ahli forensik dari Indonesia Dr. Djaja Surya Atmadja, ginjal dan lever David robek karena pukulan-pukulan benda tumpul bukan akibat jatuh seperti analisa dokter forensik dari Singapore. Tetapi pengadilan coroner Singapore tidak mengizinkan dokter dari Indonesia untuk bersaksi. Bagaimana dengan perut kanan bawah David yang mengeluarkan darah begitu banyak sampai ke paha? Begitu juga bokong belakang David yang berlumuran darah hingga ke paha. Mana mungkin darah-darah itu diakibatkan oleh luka akibat jatuh di tanah rumput? Keluarga yakin David pasti sudah dibunuh secara sadis di dalam kamar Chan Kap Luk.

- Pihak NTU dan kepolisian mengeluarkan cerita-cerita atau bukti palsu yang menunjukkan David ingin melakukan pembunuhan dan bunuh diri. Mana mungkin David sudah berencana melakukannya pada hari itu karena sehari sebelumnya David bermain game terus sampai jam 03.00 pagi (tanggal 2 Maret 2009) dan pada jam 08.55 pagi David sempat membalas posting teman main gamenya melalui forum Destiny Online. Bisakah seseorang sesantai itu jika ingin melakukan pembunuhan dan bunuh diri? Laptop David pun di kamarnya masih keadaan hidup dan MSN nya online. David pun pergi ke tempat CKL dengan berpakaian santai, memakai sandal dan membawa tas kuliahnya yang berisi barang-barangnya dan sebotol air minum yang isinya 1500cc. Mana mungkin David membawa tas yang begitu berat jika dia ingin melakukan pembunuhan dan bunuh diri? Kalau ingin bunuh diri kenapa harus bersusah-susah menaiki tembok dan turun ke jembatan kaca dulu baru melompat ke bawah? Kenapa tidak langsung lompat saja dari tembok coridor itu? Semua itu pasti kebohongan untuk membuat opini David melompat bunuh diri, padahal yang sebenarnya David sudah dibunuh dulu baru dilempar ke bawah.

- Pada hari Jumat 6 Maret 2009 seorang project officer NTU yang bernama Zhou Zheng (ZZ) yang berasal dari Hu Bei, China ditemukan tewas dan dikatakan gantung diri. ZZ baru mulai bekerja pada tanggal 2 Maret 2009, yaitu hari dimana meninggalnya David. ZZ juga berada di jurusan yang sama dengan David, juga berada di peminatan yang sama dengan David yaitu Infocomm, dan juga menempati laboratorium yang sama dengan David (S2-B3a-06). Bagaimana mungkin terjadi sesuatu yang sangat kebetulan yang erat kaitannya, dalam waktu 5 hari ada 2 warga NTU yang satu jurusan sama-sama meninggal? Lalu bagaimana dengan pengakuan salah satu matan mahasiswa Indonesia yang bernama ASALIM yang pernah menjadi Project Officer di NTU yang menjelaskan bahwa di hari pertama seorang Project Officer bekerja, ia harus mengambil kunci untuk membuka laboratorium. Kemudian untuk mengambil kunci tersebut, ia harus menemui professor kepala yang ruangannya sangat berdekatan dengan ruangan CKL (TKP) pada jam yang kurang lebih sama dengan waktu kejadian (kurang lebih jam 10). Banyak yang yakin sekali bahwa Zhou Zheng pastilah saksi mata atau orang yang terlibat juga dalam kasus ini. Lalu pada tanggal 28 Maret 2009, seorang peneliti NTU dari jurusan yang sama dengan David (Electrical & Electronical Engineering) yaitu HU KUN LUN, tewas tertabarak mobil ketika sedang menunggu bus untuk pergi bekerja. Sangatlah jarang terjadi kecelakaan seperti itu di negara Singapore yang tata cara berlalu lintas nya sangat tertib. Dan sangatlah janggal dalam waktu KURANG dari sebulan, ada 3 (tiga) orang yang sama jurusannya di NTU bisa meninggal.

- Tanggal 5 Maret 2009, pihak NTU, Singapore melalui media Singapore meralat pemberitaan bahwa David bukan bunuh diri tetapi TERJATUH. Mengapa mereka sekarang merubah pernyataannya dan banyak saksi-saksi yang disuruh mengatakan melihat David melompat bunuh diri? Apakah karena sebelumnya mereka mengira keluarga David menerima kematiannya begitu saja? Kelihatan sekali NTU sudah mengatur cerita dan berbohong untuk membela Chan Kap Luk dan menyalahkan David.

- Kacamata David juga tertinggal atau jatuh di kamar CKL. Pasti terlepas ketik David sedang dibantai apalagi karena wajah David yang begitu parah lukanya. Bagaimana David bisa melihat dengan jelas apalagi untuk melukai CKL tanpa kacamata, karena David memiliki mata yang minus 6 dan silinder 2.75?

- David tidak pernah atau tidak mungkin mau bunuh diri seperti yang diceritakan pertama kali oleh Su Guan Ning yang katanya ada saksi mahasiswi Iran yang melihat David mengiris urat nadinya sebelum melompat. Dengan apa David mengiris urat nadinya sedangkan pisau sudah berada di tangan Chan Kap Luk ketika masih di dalam ruangan sampai dia keluar dan berjumpa dengan orang lain yang melihatnya? Sudah jelas berita David bunuh diri sengaja dibuat oleh NTU untuk membohongi semua orang agar percaya kematian David akibat bunuh diri, bukan dibunuh. Kini terbukti tidak mungkin David mengiris urat nadinya dan pasti jatuhnya David bukan karena melompat tapi dilempar oleh orang lain apalagi kaki dan tangan David sudah cacat. Soh Chee Eng pun masih berusaha menutupinya dengan tidak mengaku pernah mengatakan tidak ada pengirisan urat nadi di tangan David. Jelas Soh Chee eng bersekongkol dengan NTU, untunglah terbongkar kebohongannya. Dengan demikian makin jelas dan terbukti bahwa David DIBUNUH di dalam kamar Chan Kap Luk.

- CKL juga berbohong karena dia berkata bahwa dia bertemu David hanya 4 atau 5 kali sejak Agustus 2008 sampai 2 Maret 2009 dan tiap kali nya CKL lah yang meminta David untuk bertemu dengannya untuk mendiskusikan FYP David. Dari bukti email David yang diperlihatkan di pengadilan, Davidlah yang meminta bertemu dengan CKL untuk membahas FYP. David juga meminta pertemuan diadakan di pagi atau siang hari dan menolak di sore atau malam hari seperti yang diminta oleh CKL. CKL juga berbohong karena mengatakan FYP David tidak ada kemajuan. 2 atau 3 minggu sebelum kejadian David pernah mengatakan kepada keluarga bahwa FYP nya hampir selesai. Kawan-kawan David juga banyak yang bercerita bahwa FYP David hampir selesai dan tidak ada masalah sama sekali bahkan FYP David termasuk 3 terbaik di NTU.

- David selalu membawa handphone dan diletakkan di kantong celana bagian paha depan. Namun HP David ditemukan dan diambil polisi dalam keadaan yang utuh dan tidak rusak. Berarti hal ini membuktikan bahwa ketika David dilempar kebawah HP David sudah diambil oleh seseorang.

Jumat, 10 Juli 2009

Sketsa XIV Kematian David: Misteri Dua Jari Hingga Hayat

June 21st,

Kasus kematian David Hartanto Widjaja, mahasiswa jurusan Electrical Electronic Engineering (EEE), Nanyang Technological University (NTU), Singapura, telah masuk ke Coroner Court, di Subordinate Court, Singapura, 20-26 Mei 2009 lalu. Persidangan dominan data David melompat sendiri dari jembatan kaca. Padahal sosoknya bersimbah darah sejak di ruang Professor Chan Kap Luk, dipelintir pangkal pahanya, diseret di tangga darurat. Indikasi tajam pembuhan kejam dan misteri, “Iam going to die!” Coroner Court lagi 17-25 Juni 2009.

PUKUL 03.30, di sebuah cafe di terminal tiga Changi Airport Singapura, 17 Juni 2009. Sosok Tjhay Lie Khiun, ibu Almarhum David Hartanto Widjaja, tertidur di sebuah kursi dengan jaket biru melilit badannya. Meringkuk. Di sebelahnya, sang suami, Hartono Widjaja, tepekur tidur.

Kacamata Hartono menggantung melekat di wajah. Kusuma Widjaja, adik kandung Hartono, berselonjor bermata lelap. Tiga gelas cappucino di meja mereka menyisakan masing-masing setengah cangkir minuman.

Saya duduk di belakang seorang pria yang tidur berselonjor macam di atas kereta api. Tiga lampu aksesoris yang digantung di sebatang baja nirkarat berlingkaran berornamen biji-biji kopi tegak di tengah-tengah cafe. Lampunya bersinar seakan hendak mengalahkan sentral benderang penerang di siling terminal tiga Changi tinggi, berarsitektur minimalis metal.

Dua jam lalu kami baru rmendarat.

”Kita menghemat sehari, duduk saja dulu di bandara, pagi langsung ke pengadilan,” ujar Tjhay

Alasannya, malam memang telah berlanjut dini pagi.

Kalimat Tjhay masih saja terngiang di kuping saya. Menghemat, memperhatikan mereka dalam keadaan demikian, menguatkan lidah pahit sakit, menelan beragam info dan “fakta” yang dibawa ke persidangan kasus kematian salah satu putera terbaik bangsa, mantan atlit olimpiade matematika, putera kedua Tjhay, 2 Maret 2009 lalu.

Kematian terindikasi kuat berlatar pembunuhan berkonspirasi. Awal peristiwa, oleh pihak kampusnya, NTU, David disosialisasikan menusuk profesor Chan Kap Luk, melukai nadi lalu melompat bunuh diri. Untuk kasus inilah saya sudah menulis 13 Sketsa, dan telah membenamkan waktu empat kali ke Singapura selama 45 hari dan akan terus bertambah lagi, berlanjut mencatat mereportase menyajikan perkembangan perjalanan kasus ini.

SEBUAH Bis bertingkat bernomor 179 dari kawasan Pioner, Singapura, baru saja membelok kanan setelah melewati gerbang kawasan kampus NTU, di areal 200 hektar itu. Tiga kelompok Song of India, tanaman hias berbatang laksana rotan telah berkayu tua, daunnya bagaikan kemoceng. Nur Kholis, anggota Komisi Hak Azasi Manusia (Komnasham), di samping saya, mengamati sekitar melalui jendela bis. Waktu sudah jam 10 pagi lewat.

Nur Kholis terkesima.

“Kampus yang luas.”

Ruang terbuka dan taman hijau memang mendominasi. Sebuah bangunan khusus untuk sekolah art, dibuat melengkung, di atap bangunan kaca menghijau rumput. Publik dapat menaiki gunungan rumput

Dalam dua bulan ini, sudah tak terbilang kali saya ke kampus itu. Hari itu, Rabu, 27 Mei 2009. Hartono Widjaja, ayah David, sudah terlebih dulu ada di lokasi titik ditemukannya almarhum David. Pada 2 Maret 2009 lalu David ditemukan mati dalam keadaan mengenaskan: luka benda tajam di lengannya, kakinya patah terpelintir, bahkan tusukan benda tajam lebar di lengan kanan dan di nadi kanan kaki. Paha kaki ada sayatan. Bahkan leher yang semula menurut forensik hanya luka dalam, ternyata keluarga mendapatkan foto bahwa leher bagian bagian kiri ada luka sayatan pisau.

Beruntung hari ini Hartono Widjaja bertemu dengan dua orang petugas cleaning servive, dua wanita lanjut usia, berseragam biru berbunga di bagian depannya. Keduanya mengenakan kalung dan gelang emas mencolok.

Hartono seakan dimudahkan mendapatkan keterangan karena bertutur berbahasa Mandarin. Bahasa yang menyulitkan saya menggali info selama bulak-balik mencari saksi mata. Kedua petugas itu bersemangat menceritakan kepada Hartono, posisi David terakhir dilihatnya.

“Kasihan sekali David, “ keduanya menunjukkan gerak tubuh seram, lalu berujar, “Hhhh, David memang tak layak mati dibegitukan.”

Hartono yakin bahwa kedua orang ini melihat adegan anaknya “dikerjai”. Akan tetapi kedua sosok pekerja kasar yang sudah layak pensiun itu, enggan bila diajak bersaksi ke pengadilan.

Akan halnya Nur Kholis, Anggota Komnasham, diundang keluarga untuk menyimak persidangan koroner dan melihat lokasi jatuhnya David, untuk dapat melihat tempat kejadian perkara. Adalah dana publik yang diambil mengongkosi, yang sudah terkumpul, mencapai Rp 280 juta melalaui Facebook, sebagai bentuk dukungan masyarakat kepada keluarga almarhum David.

Hari itu juga Hartono mencoba melihat ke ruang di depan kantor Chan Kap Luk. “Benar saja ada lagi yang aneh. Di data penyidik, di depan ruang Chan Kap Luk tak ada pantry, bukti lapangan ada ruang pantry,” ujar Hartono. Saya dan dua wartawan TV ONE, menyimak dan mengabadikan ruangan yang tidak disebutkan di persidangan.

Tidak sampai hanya di situ, Hartono pun mengunjungi Hal of Residence 4 di mana David mondok di dalam lingkungan kampus yang gran itu. Lagi, sosok sang ayah menemukan jawaban berbeda dari sahabat yang mengenal David, bahwa di hall itu sejak lama tidak ada pisau.

Sementara di persidangan sosok Juliana Binte Amir, Cleaner, yang menjadi saksi dari NTU, yang tahu asal pisau, mengatakan, “Bahwa pisau di Hall empat berkurang.”

Juliana gugup menjawab pertanyaan hakim, berapa sesungguhnya jumlah pisau di hall 4?

“Hampir sepuluh. Tinggal delapan saja”

Persidangan koroner, yang menghadirkan 28 saksi, hanya satu saja membawa saksi yang diajukan keluarga, yakni Hardian Setiawan Winata, akrab disapa Acong, kawan kuliah sejurusan yang mengenal David. Keterangan Acong tidak signifikan.

“Banyak kawan David dan mahsisawa NTU yang mengaku mereka terintimidasi, “ ujar Hartono.

Dari kelucuan satu dan kelainan fakta lainnya, seakan datang mengalir ke pengadilan. Untuk itulah, keluarga berinsisiatif mengundang anggota Komnasham, siapa tahu dapat mensosialisasikan perihal ini ke masyarakat internasional.

Walaupun pengadilan koroner itu mulia, karena penjabarannya sebagai pengadilan yang membatasi wewenang negara dalam membuat Surat Perintah Penghentian Perkara (SP3) - - yang di Indonesia bisa dibuat polisi dan atau jaksa - - namun sebagaimana pengadilan lazimnya sangat bergantung ke fakta yang disuguhkan dan digiring. Muara dari kasus kematian bermasalah, di pengadilan koroner adalah pernyataan hakiam akan: pertama bunuh diri, kedua kecelakaan dan atau ketiga ditindak lanjuti ke persidangan kriminal. Nah tentu, keluarga dan segenap masyarakat yang peduli terhadap kasus ini, mengharapkan keputusan pengadilan koroner: agar kasus David berlanjut ke pengadilan kriminal.

“Bukan macam sekarang pengadilan seakan digiring bahwa David bunuh diri,” tutur Hartono.

Fakta-fakta yang dan saksi yang ada, memang mengental macam kalimat Hartono. Bahkan hakim semula meminta sidang dilanjutkan 27 dan 28 Mei 2009, konon agar tuntas dengan ke-28 saksi, namun keluarga menolak dengan alasan tak mendaptkan izin kantor memperpanjang cuti. Maka belanjutlah sidang 17 – 25 Juni ini.

BINTANG dari keterangan saksi dan kelainan fakta yang sudah dibawa ke persidangan koroner Mei lalu, tentulah Profesor Chan Kap Luk (CKL), dosen pembimbing tugas akhir David. Ia pernah tercatat sebagai senior member dari Defence Science and Technology Agency (DSTA), sebuah lembaga kajian berada di bawah Menteri Pertahanan Singapura. Ia bukan profesor biasa.
Di tangan CKL melekat lima buah paten - - ingat paten, bukan hak cipta - - penemuan yang berklait, biasanya, ke teknologi. Ia pakar mengoprek aplikasi Open Commputer Vission, yang menurut Ary Setiadi, dosen dengan kemampuan sama di Lab VIII, Lt.2, Institut Teknologi Bandung (ITB), “Muara Computer Vission dua saja, dunia entertainmen dan militer.” Dan Computer Vission adalah aplikasi yang dipakai David dalam menyelesaikan tugas akhirnya.
Datang ke persidangan berkemeja putih bergaris-garis halus, dengan celana casual biru tua. Fisiknya tampak lebih kurus dibanding foto CKL yang beredar di internet.
Beberapa adegan persidangan yang menghadirkan CKL satu setenagh hari itu, di antaranya: gerakan tangan CKL, macam pembersih mobil, bergerak ke kanan dan kiri seirama, lentur, tidak maco, di saat mencotohkan tangannya menangkis.
Shashi Nathan bertanya, bagaimana rasanya ditusuk?
“Macam orang punching.”
“Berapa kali ditusuk, satu dua kali atau sembilan, sepuluh kali?”
“Tidak ingat,” jawab CKL.
CKL mengatakan dia kehilangan keseimbangan jatuh ke lantai dengan punggung di lantai
“David menyerang lagi saya menangkisnya,” ujar CKL
“David menggunakan tangan kiri atau tangan kanan?” tanya Shashi.
“Tidak ingat!”
“ Lalu David menikam dari atas atau dari bawah?”
“Tidak ingat.”
“Pakai tangan kiri atau kanan?”
“Tidak ingat.”
Maka ketika kata tak ingat itu disampaikannya saya melirik ke seorang mahasiswa NTU yang hadir ke persidangan. Saya berbisik, bangga apa dengan NTU jika profesor berketerangan demikian. Dengan enteng mahasiswa itu menjawab, “Kan cuma satu Mas Iwan.!”.
CKL pun sudah bertutur beradegan macam Superman, mematahkan gagang pisau yang katanyan ditusukkan itu, manjadi tanya tersendiri.
Dari satu setengah hari kehadiran CKL di ruang sidang, tak pernah sekalipun ia menatap keluarga, apalagi menatap mata ayah dan ibunya David. Bahkan ketika hendak turun meja saksi di persidangan, keluarga David masih duduk di tempatnya, membuat CKL berdiri saja menunggu, sambil berbisik dengan polisi penyidik
Begitulah CKL. Sosok sesungguhnya saksi kunci kematian David, yang sayangnya berketerangan demikian. David dituduhkan menusuk, tetapi CKL hanya luka kecil di tangan, luka kecil di punggung, sebaliknya David sudah bersimbah darah di rungannya, juga dihajar di tangga darurat, di duga didudukkan di tangga kaca dalam keadaan sekarat, yang membuatnya tak bertenaga balik naik.
Dan ketika saksi yang dihadirkan bernama Lobna Kamyab, mahasiswa asal Iran tingkat S3 yang sempat berdialog dengan David di tangga darurat, mengutip kalimat David, “Iam going to die.”
Dalam keadan sekarat, ketakutan, senang berlebihan, seseorang cenderung bertutur ke bahasa ibunya. Bahasa yang diucapkan David, dalam tatabahasa Indonesia, logikanya ingin mengatakan, “Gue nih udah mau mati!”
Tentu bukan mengatakan mau bunuh diri: sebaliknya menegaskan dia sekarat! Pertanyaan siapa yang bikin David sekarat? Inilah benang merah kasus ini seharusnya!
Sebaliknya saksi-saksi mengatakan David mau bunuh diri, dan fakta memang digiring ke arah sana, termasuk rekeman video dari HP, yang dibuat berulang berdurasi 8 detik. “Dan sosok di rekeman video itu kami yakini bukan David,” ujar Hartono, sang ayah.
Beruntung keluarga kemudian mendapatkan foto forensik, yang memperlihatkan dua jari David masih menunjuk, apakah ini sinyal ingin mangatakan pembunuhnya dua orang sebagai pesan atau sinyal terkhir sebelum ajal? Mengapa pula Zhou Zheng, Project Officer,warga negara Cina, yang satu laboratorium dengan David, harus mati empat hari setelah David meninggal?
Berpuluh-puluh Sketsa bisa lahir dari kasus ini, termasuk bagaimana media Singapura yang mengutip saja persidangan 19 Juni 2009 lalu, di mana ahli forensik tampak menjadi sangat jenaka, tidak bisa menyebutkan tanggal dari data yang di-digital forensiknya. Biarlah menjadi Sketsa berikut secepatnya, dan pembaca Sketsa hingga 13 tidak menggantung lagi menunggu lama Sketsa 14 macam sekarang ini. Saya jamin dalam dua hari ini mengalir ke-15-nya. ***

Iwan Piliang, Literary Citizen Reporter, blogs-presstalk.com

Kamis, 28 Mei 2009

Pernyataan Sikap "Tolak Politisasi Etnis Tionghoa oleh Organisasi Kemasyarakatan Tionghoa Indonesia"

 

Kebebasan dan kesetaraan adalah dua prasyarat penting dalam membangun kehidupan politik yang demokratis. Kedua nilai inilah yang berhasil ditenggelamkan pada titik nadir oleh rezim otoritarian Orde Baru. Meski belum paripurna, proses demokratisasi pasca reformasi 1998 berhasil membuka sumbat ruang kebebasan dan mentransformasikan relasi–relasi timpang hasil rekayasa rezim menjadi lebih demokratis. Salah satu gambarannya tampak pada kasus Tionghoa. Selama Orde Baru etnis Tionghoa diposisikan menjadi "musuh bersama" penguasa yang secara politik dibungkam. Pola yang sama juga kita temukan dalam literature sejarah Nusantara di era kerajaan.

Itulah mengapa sejarah juga mencatat bahwa etnis Tionghoa secara politik dan kebudayaan sering kali terjebak dalam hubungan patronase yang dibuat oleh rezim orde baru. Kini pasca gerakan reformasi pola relasi ini perlahan mulai diretas. Dari situ, adalah kewajiban bagi masyarakat Tionghoa Indonesia bersama-sama dengan warga lainnya untuk bersikap dan berdiri dalam penghayatan kewarganegaraan dan

demokratisasi baru yang mengedepankan kesetaraan dan keyakinan demokratisnya selaku warga negara.

Berpijak dari kacamata ini dengan adanya pernyataan sejumlah elemen organisasi kemasyarakatan Tionghoa Indonesia beberapa waktu belakangan ini yang secara terbuka menyatakan dukungan politik kepada calon-calon presiden tertentu baik melalui media massa cetak dan elektronik, maka kami menyatakan sikap sebagai berikut:

Pertama, Belajar dari sejarah dukung mendukung suatu kekuasaan dengan mengatas-namakan etnis adalah suatu hal yang kontraproduktif. Cara semacam itu adalah ekspresi minority complex syndrome warisan jaman penjajahan dan rezim Orde Baru yang perlu dikikis.

Kedua, Klarifikasi dan artikulasi etnis dalam suatu mobilisasi politik yang sarat kepentingan akan menghasilkan dan membuka jurang ketegangan sosial yang sama sekali tidak perlu bahkan bisa membahayakan karena dapat menyulut politik berbasis identitas.

Ketiga, Mobilisasi semacam itu secara psikologis akan menempatkan kembali masyarakat Tionghoa Indonesia dalam hubungan patronase dengan kekuasaan dan penguasa, Patronase semacam ini selain berpeluang bagi kembali terulangnya dominasi juga sangat tidak sesuai dengan cara-cara berpolitik reformasi.

Keempat, Dukung mendukung dalam kebebasan berpolitik adalah hal yang wajar dan sah, namun perlu diingat agar dukungan tersebut jangan sampai membawa masyarakat Tionghoa Indonesia dalam politisasi etnis dan klaim bahwa seluruh masyarakat Tionghoa Indonesia hanya mendukung salah satu calon presiden.

Hal tersebut menyesatkan bahkan cenderung eksploitatif, karena kenyataannya masyarakat Tionghoa Indonesia sangat majemuk dalam orientasi politik, partai, agama, dan ideologi.

Kelima, Kebebasan berekspresi masyarakat Tionghoa dalam budaya dan politik saat ini tidak terlepas dari peran serta dan jasa para presiden Republik Indonesia seperti B.J Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sesuai masanya, dan bukan mutlak jasa salah seorang presiden semata.

Keenam, Menghimbau para tokoh dan pimpinan organisasi kemasyarakan Tionghoa Indonesia untuk lebih bijaksana dalam melakukan kegiatan politik dan sosial yang menggunakan simbol-simbol budaya Tionghoa yang hanya untuk kepentingan ekonomi dan politik jangka pendek atau sesaat.

Jakarta, 29 Mei 2009

Hormat Kami,

Forum Masyarakat Indonesia Peduli Pilpres

(Ikatan Pemuda PSMTI, GEMAKU,JTM, PITI, HIKMAH BUDHI, Komite Tionghoa Indonesia Peduli Pemilu, )

Rabu, 13 Mei 2009

Ziarah ke makam Yap Yun Hap,13 mei 2009





" Saya kuliah di UI di subsidi oleh rakyat,maka itu saya harus berjuang untuk rakyat"
Yap Yun Hap(Pahlawan Demokrasi Tragedi Semanggi II)

Rabu, 06 Mei 2009

Ziarah ke makam Yap Yun Hap


Ziarah ke makam Yap Yun Hap

tanggal : 13 Mei 2009,jam 09.00 wib- selesai.
tempat : TPU Pondok Rango

Kumpul di : Basecamp IP-PSMTI DKI Jakarta
Jl.Tanjung Duren Utara 9.No.651
Jakarta Barat

keterangan lebih lanjut dan comfirm
di server IP-PSMTI DKI Jakarta

no.hp : 085711177577

terima kasih

IP-PSMTI

Selasa, 05 Mei 2009

Sketsa XI Kematian David: Mengapresiasi Saji dan Atensi



May 3rd, 2009

Sketsa XI Kematian David: Mengapresiasi Saji dan Atensi

Menulis Sketsa ke-11 ini saya lakukan tepat di Hari Ulang Tahun Almarhum David Hartanto Widjaja ke-22. Ia lahir di Jakarta, 2 Mei 1987, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional. Persidangan Coroner Inquiry, dilakukan mulai 20 Mei –Hari Kebangkitan Nasional- hingga 26 Mei 2009 mendatang. Seharusnya NKRI bangkit menggelorakan harkat dan martabat menjadi bangsa kian beradab. Bukan sebaliknya.

TULISAN Sketsa ini sejak awal saya tabalkan gratis ke media online, blog, milis. Komentar, pujian, kritik dan saran, mengalir. Saya lebih banyak berhenti membaca di bagian kritik, yang selalu saya harapkan dari pembaca, agar menulis bisa lebih baik lagi. Senang bila tulisan itu dibantai cincai.

“Enak ya jalan-jalan karena kematian orang.”

Begitu salah satu kritik yang ada di Superkoran, apakabar.ws

Kecut juga hati.

Namun dari situlah saya mendapatkan pembelajaran. Ibarat jamu pahit, kritik itu mengobati, agar jangka panjang bisa meng-kaya-kan hati.

Apresiasi, menurut Kamus Bahasa Indonesia, setidaknya ada tiga makna: kesadaran terhadap nilai-nilai seni dan budaya; penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu; kenaikan nilai barang karena harga pasarnya naik atau permintaan akan barang itu bertambah.

Berkait ke topik Sketsa ini, saya menyinggung dua saja. Kesadaran terhadap nilai-nilai seni budaya dan penghargaan terhadap sesuatu, yang bermuara kepada melahirkan karakter, berhati dan berbudi. Kedua kata ini jelas berkorelasi tajam mengapa David Hartanto Widjaja, mahasiswa cerdas asal Indonesia itu justeru terindikasi kuat dibunuh di kampusnya di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, 2 Maret 2009 lalu.

Ketika berada di Singapura untuk kedua kali memverifikasi kematian David, dua pekan silam, saya menyimak ada dua event seni dan budaya besar di sana; pertama 2nd Singapore International Film Festival 14 sampai 25 April 2009, dan peragaan karya adi busana Christian Lacroix, the Costumier, perancang terkenal Perancis, yang karyanya menjejali beragam wardrobe pementasan teater, film mendunia, berlangsung pada 20 Maret hingga 7 Juni 2009.

Jika dalam konteks jalan-jalan, sebagaimana kritik ditudingkan seseorang kepada saya, jujur saya akui saya memang melakukannya. Toh di balik ketegangan mengungkap kasus kematian David, sebagai pemilik raga yang masih hidup, saya masih berkeinginan memperkaya batin, dan di Singapura: wahana untuk itu kini tidak berbilang.

Saya menonton ontologi film pendek di Sinematek, Museum Nasional Singapura, pada satu kali pementasan, berjudul: Distance (10 menit), Dreaming Kester (14 menit), Hush Baby (3 menit), Leaving Me (9 menit), Madam Chan (20 menit), Shingaporu Monotagari (12 menit), Sink (11 menit) dan Slimming Lesson (13 menit). Dari visual simpel, macam short animasi (2D) Hush Baby, dengan Sutradara Tan Wei Keong, bayi menangis-nangis yang digunting-gunting kertasnya hingga ke visual cerita kelas berat film Sink, yang hitam putih.

Pada Film terakhir di Swimming Lesson, yang disutradarai Kat Goh Phek Siang, terekam kuat kekuatiran dan kenyinyiran seorang ibu yang harus melepas anak gadisnya menuntut ilmu ke negeri orang. Sang ibu kuatir segalanya.

Ibu dag-dig-dug akan anaknya tidak bisa lagi menikmati makanan kesukaannya, sehingga ketika mobil tua yang disetir sang suami menjelang tiba di Bandara dan rantangnya ketinggalan. Si Ibu meraung-raung sejadinya meminta mobil pulang kembali. Makanan kudu mara dibawa.

Film Sink, yang disutradarai Kirsten Tan, secara ekstrim tampil dengan visual hitam putih, panorama laut, statis, berubah, macam animasi static. Sebuah keran kuningan dan tempat cuci tangan perselen putih, lamat-lamat ditenggelamkan laut di pantai. Keran berkarat.

Hari-hari menua.

Pencarian cinta sejati, seakan entah di mana?

Saya yakin Kirsten Tan, sang sutradara Sink, dan crew kecil filmnya, paham betul akan makna cinta sejati. Ketika itulah mata saya berlinang membayangkan wajah Ibunda David, Tjhay Lie Khiun, yang hingga hari ini masih terus bersedih, belum bisa memasak ke dapur.

“Masih trauma melihat pisau. Anak saya tak pernah dari kecil pegang pisau, tak pernah ngupas buah sendiri pakai pisau,” tutur Tjhay.

Jika menyimak karya-karya film pendek anak-anak muda Singapura, hampir pasti kejadian aneh dan unik di NTU, menjadi tak masuk di akal dan di benak saya. Film sebagai sebuah karya budaya, menjadi muara dari sebuah bentuk peradaban.

Sejak memverifikasi kasus kematian David, saya menemukan seorang gadis asal Indonesia, pernah mendapatkan perlakuan kasar dari seorang professor, dengan berteriak-teriak memarahi dirinya di depan kamarnya pada tengah malam buta dan mencoba menerobos masuk ke kamarnya. Parahnya lagi gadis tersebut menetap di single room dan professor tersebut merupakan dosen pengawas hall tempatnya tinggal. Apakah gerangan yang hendak dilakukan sang professor dengan berusaha menerobos kamarnya?

Saya juga mendapatkan data bahwa di kampus NTU pernah ada seorang student leader yang mengintip mahasiswi mandi sebanyak tiga kali dan notabene didukung dengan rekaman CCTV. Sang pelaku dibiarkan lalu lalang belajar di kampus bergengsi itu tanpa ada hukuman. Bahkan mahasiswa yang mengetahui secara detil siapa hidung belang tersebut, dilarang oleh NTU untuk membocorkan namanya ke media.

Kasus-kasus ini semakin menguatkan dugaan saya bahwa ada sesuatu yang tidak beres dan layak dipertanyakan di ranah ke-NTU-an kini.

“Tetapi semuanya ditutup-tutupi. Beberapa kasus memang terlanjur ditutupi NTU.”

Begitu keterangan gadis “malang” yang kini sudah bekerja di negeri Merlion itu.

Setelah David berpulang 2 Maret 2009 lalu, begitu diberitakan dia menusuk professor, melukai nadi sendiri lalu melompat bunuh diri, pihak kampus yang menyebar berita demikian, “mendukung” mahasiswa meng-endorse berita itu. Seorang mahasiswa Indonesia sejurusan dengan David, terang-terangan bilang ke saya bahwa diintimidasi NTU.

Seorang wanita karir yang dulu hijrah ke Singapura, karena rumah keluarga mereka dijarah di bilangan Mangga Besar, di peristiwa Mei 1998, alumni NTU, menuturkan: Ketika mengambil program master, tugas akhir yang di NTU familiar disebut Final Year Project (FYP), di depan hidungnya dijual ke industri oleh sang professor pembimbing ke industri.

Untuk program beasiswa, NTU memang mewajibkan FYP menjadi milik perguruan itu.

Di satu gedung di salah satu ruang pameran di Museum Nasional Singapura, yang berada di sebelah Taman Fort Canning itu, sebelum menonton ontologi film pendek, di sebuah dinding hitam dengan tanda tangan merah Christian Lacroix mencolok, mencuri pandang. Di atas pukul 18, pameran kampiun perancang adi busana ini gratis gratis publik. Di ruang yang gran dipamerkan karya monumentalnya; baik untuk teater maupun wardrobe film.

Seluruh ruangan hitam. Tata cahaya benar-benar diatur sempurna. Untuk poster berupa stiker dari digital printer dilampu-soroti oleh sinar yang seakan memberi rona kabut. Desain baju-baju rumit dengan manekin tingi jenjang, bagitu dipotret tanpa pencahayaan, ditangkap lensa kamera dengan tajam dan bagus. Tak sembarangan pameran tampaknya. Karya-karya Lacroix memang dominan bagi pentas teater dan film

Terpikirkan juga, apa bisa kemasan pameran seperti itu digelar di Indonesia? Di mana ada ruang pameran yang ber-ceiling- tinggi? Siapa membiayai?

Saya menyimak tak banyak pengunjung datang. Saya tak paham apakah hal begini juga penting bagi mahasiaswa dan dosen NTU untuk dikunjungi?

Yang saya lihat, apalagi di masa-masa examination di NTU di saat saya di Singapura, kekuatiran akan nilai jeblok mahasiswa tinggi. Nilai seakan harus dikejar. Nilai A menjadi segala. Seakan-akan jika tidak dapat A, Anda bukan manusia.

Di tengah langgam elo-elo, gue-gue juga tajam, diperlukan kearifan pergaualan, banyak melihat dan menatap kehidupan sosial, agar terhindar dari kondisi macam kodok dalam batok.

Begitulah keadaan lingkungan bergengsi di lahan 200 hektar yang menjadi tujuan sekolah anak-anak hebat negeri ini.


JUMAT, 1 Mei 2009. Saya menemani keluarga David ke Mabes Polri, tepatnya diterima oleh Kadiv Humas. Dalam hal ini diwakili oleh Wakadiv, Sulistyo. Selain ayah dan paman, tampak juga Chsristovita Wiloto, dari Wiloto PR, yang sejak awal kasus ini telah berupaya mensosialisasikan di facebook, bahwa kematian David layak dipertanyakan. Melalui group di Facebook, yang kini sudah mencapai 16.000 lebih, langkah pro aktif Christ itu, kini juga menggalang dana dalam tiga pekan terkahir sudah mencapai lebih dari Rp 220 juta, bagi keperluan keluarga membayar pengacara di Singapura, yang berjumlah lebih $ 60 ribu.

Pada kesempatan itu Polri menyampaikan perhatiannya untuk kasus ini, dengan mengirimkan Tim yang dipimpin Kompol Hermawan – - siang itu ikut bergabung - - dan 25 April lalu baru saja pulang dari Singapura. Pihak Interpol Mabes Polri pun kini sudah mulai memberi perhatian tinggi, dan ini layak diapresiasi.

Selain Polri, KBRI, peranan media mainstream memberitakan kasus David ini kini juga sudah mulai tajam. Semoga saja tensinya ke depan kian meninggi. Kerja teman-teman wartawan teve ke lapangan layak diacungi jempol, mereka bernyali, misalnya, ketika kami infokan alamat Profesor Chan Kap Luk, saksi kunci. Hampir semua crew televisi kita yang ke Singapura punya keunikan tersendiri mendapatkan visual kediamannya.

Cerita di balik kerja kawan-kawan teve itu menjadi sebuah behind the scene yang tak kalah unik. Sebagai pribadi saya berterima kasih kepada kawan-kawan media itu. Dan berharap pada 20-26 Mei 2009 mendatang meliput langsung persidangan koroner kasus ini. Semua itu menjadi atensi nyata menguak kebenaran kasus ini.

Di balik apresiasi dan atensi yang sudah ada kini, menyimpan dalam kegundahan saya. Yakni perihal saksi, eye witness, yang berpihak kepada dugaan David dibunuh masih lemah.

Di lain sisi tim penyidik di kepolisian Singapura sudah memiliki bukti penggalan sisi waktu di mana David ada di jembatan kaca, lalu melompat ke bawah. Adegan inilah yang terus menerus digiring NTU, bahwa David bunuh diri dan di lengannya memang berdarah-darah, bukti David melukai diri - - sebagai alibi rilis NTU.

Mengapa NTU selalu dan selalu menutupi berbagai kasus menimpa warganya? Pihak kampus enggan bicara.

Saya masih mencari saksi, ada apakah yang terjadi ruang Ptrofesor Chan Kap Luk, juga di tangga darurat?

Mengapa pula lengan kanan bagian luar david berdarah, bersayatan empat kena pisau seakan menangkis, seusai dengan hasil otopsi. Mmengapa pula di lehernya ada lebam, haemorrhaege, bahasa otopsinya?

Sayang saksi kunci lain, Zhou Zeng, poject officer, mati pula empat hari setelah David berpulang. Zhou, diduga ada di lokasi ruang Chan Kap Luk di saat David berdarah-darah. Dan, Zhou yang satu laboratorium dengan David diberitakan gantung diri.

Jasad David yang kadung cepat dikremasi, saksi kunci utama juga mati.

Dua weaknesses yang ada.

Dari semula hanya memverifikasi secara kerja jurnalistik saja, saya pun berusaha membantu menemukan saksi kunci, yang ibarat mencari ketiak ular, untuk secepatnya dapat ditemui. Karenanya saya ingin segera berada di Singapura. Apalagi persidangan koroner kasus ini sudah mendekat.

Di balik waktu masih ada di kala jeda, saya memang akan berjalan-jalan lagi menyimak Lacroix, dan kegiatan kebudayaan lain di Singapura. Panggung Lacroix, salah satunya, memberikan saya pelajaran.

“… Theatre has become much more than recreation, as this art cannot bear mediocrity nor lack of passion”

Pangantar akhir Lacroix di buku pamerannya.

Sebaliknya, bila lenyapnya nyawa David, lantas cuma menjadi sebuah teater kehidupan yang faktanya digiring kuat bunuh diri, maka kenyataan ini yang kudu dilawan kini.

Siapa takut!***


Iwan Piliang, Literary Citizen Reporter, blog-presstalk.com